Belajar Adalah Penting
Mendengar kata ‘belajar’ bagi kita , tentulah sangat tidak asing lagi. Semenjak kita terlahir dan kita dianggap mengerti akan arti kata itu, hampir tiada hari terlewat tanpa terdengar ucapan kata tersebut.
Orang tua kita, saking sayangnya, hingga sebegitu sering dan sabarnya
telah menyuruh kita untuk selalu rajin belajar. Pesan beliau,
rajin-rajinlah belajar agar kelak menjadi orang yang berguna. Kebiasaan
tersebut pun terlanjutkan oleh kita saat ini, sudah tentu kepada
anak-anak kita.
Mengapa kita begitu yakin, bahwa dengan belajar maka seseorang akan menjadi sosok yang berguna. Berguna, adalah sebuah predikat terbaik, tidak saja di mata manusia tetapi dimata Tuhan Alloh pun demikian. Yang terbaik adalah yang paling bermanfaat, begitu sabda Rasul Muhammad SAW. Apa itu belajar, Mengapa kita harus belajar dan Bagaimana belajar itu, seolah belumlah jelas benar bayangan di benak kita. Sepertinya, kita baru sekedar kenal kerbau atas ‘belajar’ itu.
Mengapa kita begitu yakin, bahwa dengan belajar maka seseorang akan menjadi sosok yang berguna. Berguna, adalah sebuah predikat terbaik, tidak saja di mata manusia tetapi dimata Tuhan Alloh pun demikian. Yang terbaik adalah yang paling bermanfaat, begitu sabda Rasul Muhammad SAW. Apa itu belajar, Mengapa kita harus belajar dan Bagaimana belajar itu, seolah belumlah jelas benar bayangan di benak kita. Sepertinya, kita baru sekedar kenal kerbau atas ‘belajar’ itu.
Apa Itu Belajar ?
Dari akar suku katanya, belajar jelas berasal dari kata ajar. Ajar adalah coba atau mencoba. Dari sini, belajar mengandung arti sebagai kegiatan mencoba sesuatu yang belum atau tidak diketahui. Output dan targetnya jelas, yaitu tahu akan sesuatu yang baru.
Dalam Al Qur’an, kita sudah teramat familiar dengan bunyi ayat pertama yang diturunkan kepada Baginda Rasul, sekaligus sebagai pertanda akan kenabiannya, yaitu Iqra’ bismi rabbika alladzii kholaq. Iqra’ adalah pernyataan perintah untuk membaca. Sangat jelas tersebutkan juga, bahwa segala ciptaan Alloh adalah objek bacaan kita. Sementara kita sangat tahu, ciptaan Alloh suuuangngat buuuannyaak. Alloh bilang, tak akan terhitung. Dalam ayat lainnya, Alloh juga menyatakan bahwa tak ada yang sia-sia atas semua ciptaanNYA.
Alloh telah membuat definisi yang paling tepat, bahwa belajar adalah membaca. Membaca bisa diartikan membaca sesuatu yang tertulis (qauliyah) maupun sesuatu yang tidak tertulis (kauniyah).
Membaca akan membawa seseorang mengetahui sesuatu yang tidak diketahui.
Membaca akan mengubah sesuatu yang gelap menuju sesuatu yang terang,
atau minadz dzulumaati ilan nuuri.
Akselerasi pembelajaran tiap-tiap orang juga berbeda-beda. Banyak faktor yang akan ikut berpengaruh, yaitu kesungguhan, keterampilan teknis, modal awal pembelajaran, kecerdasan, bakat khusus dan kelengkapan fasilitas. Namun, Alloh tidak menilai pembelajaran seseorang dari nilai nominal akselerasi yang dicapai orang itu, akan tetapi dari tingkat optimalisasi kemampuan akselerasinya. Sungguh Maha Adil Alloh,…..
Beberapa gambaran bentuk penghargaan Alloh atas para pembelajar, dapatlah kita renungkan siratan makna dari, ….. Alloh akan mengangkat orang yang berilmu beberapa derajat ……, …… 1 orang ahli ilmu lebih disukai Alloh daripada 1000 orang ahli ibadah ….., ….. para ahli ilmu adalah pewaris para nabi ….., ….. knowledge is power ……, …… dan masih
Belajar Dalam Arti Sesungguhnya
Kita
semua pada hakikatnya adalah seorang pelajar, disadari maupun tidak.
Mulai dari kecil kita telah menjadi seorang pembelajar sejati. Belajar
mengenal bahasa ibu, dan mempraktekkannya; belajar mengenai gerakan, dan
melakukannya; belajar mengenal alam, dan memakmurkannya; dan
belajar-belajar yang lain.
Ketika
beranjak dewasa, kitapun terus belajar. Belajar mengenali perubahan
fungsi dan tanggung jawab, dan belajar tuk menjadi seorang yang
berkepribadian matang. Mengenali dan mempelajari perubahan fungsi dan
tanggung jawab ketika beralih peran dari seorang pelajar ke seorang
pekerja, dari seorang bujangan/gadis kepada seorang suami/isteri, dan
belajar dari hanya seorang suami menjadi seorang suami plus ayah bagi
anak-anak.
Terkadang
proses pembelajaran itu sering terjadi tanpa kita sadari, sering kita
tidak mengerti bahwa sesungguhnya kita telah dan harus melewati proses
pembelajaran.
Manusia
terus berproses, dunia terus berputar, dan lingkungan kita pun terus
berubah, satu-satunya cara tuk bisa terus bertahan dan menjadi sukses
adalah dengan belajar. Belajar bukan hanya di bangku-bangku kelas tapi
juga di lingkungan kita, dalam kehidupan keseharian, dan dengan
orang-orang yang mungkin tidak memiliki gelar guru ataupun dosen, dan
bisa saja belajar dari benda mati dan dari pengamatan terhadap keadaan
sekitar.
Dunia
ini adalah sekolah besar, universitas kehidupan, sekolah kehidupan. Dan
kita ini pada dasarnya adalah pelajar, pelajar sekolah kehidupan.
Ada
beberapa hal yang mungkin kita perlu dijadikan catatan bersama mengenai
kompetensi dasar seorang pelajar sekolah kehidupan seperti kita.
Sadarilah
bahwa kita adalah pelajar. Jangan pernah puas dengan apa yang kita
miliki sekarang, jangan pernah merasa cukup dengan apa yang kita miliki
sekarang. Seorang pelajar seharusnya terus merasa haus dengan ilmu dan
terus menerus belajar.
Seorang
pelajar yang baikpun seharusnya tidak memiliki sifat sombong karena
kesombongan akan membuat kita merasa lebih dibandingkan orang lain, dan
menyebabkan kita berpaling dari pelajaran.
“Kesombongan adalah menolak kebenaran dan meremehkan manusia”
Sadarilah
bahwa dunia dan diri kita terus berubah. Sebuah frase yang sering kali
diungkapkan orang, “dunia ini selalu dan terus berubah, satu-satunya hal
yang tidak berubah adalah perubahan itu sendiri”. Perubahan di dunia
ini berjalan konstan, ajeg, stabil atau terus menerus. Karena itu,
barang siapa yang tidak mau dan tidak mampu tuk mengikuti perubahan,
maka bersiap-siaplah tuk terlindas perubahan tersebut.
Penemuan-penemuan
baru, metode-metode baru, strategi-strategi baru, alat-alat baru,
teori-teori baru, sumber daya manusia baru, dll, intinya, semua hal di
dunia ini terus berkembang, bukan hanya sekedar berubah. Apabila tidak
disikapi dengan baik, orang-orang yang bertahan dengan dirinya dan masa
lampaunya akan tertinggal di belakang.
Begitu
pula peran kita dalam menyikapi perubahan sosial budaya dan lingkungan
sekitar kita. Sebuah ilustrasi sederhana, apabila seorang anak yang
sedang beranjak dewasa dan besar terus diperlakukan seperti anak kecil,
maka itu akan mencelakakan dirinya orangtuanya dan keluarganya, karena
akan timbul pemberontakan, perlawanan dan lain-lainnya, karena memang
perlakuannya harus berbeda dan unik. Karena itu mungkin perlu
pembelajaran mengenai pembelajaran mengenai pengajaran terhadap anak
remaja
Dan
begitu pula Imam Syafi’i mengajarkan kita mengenai unsur perubahan
dalam kehidupan, di mana beliau membuat Qaul Qadim ketika di Baqdad dan
melahirkan Qaul Jadid ketika berpindah ke Mesir.
Jadi,
perubahan itu adalah keniscayaan, dan kita harus terus mawas dengan
perubahan itu tuk bisa mempelajarinya dan mencari ilmu tuk menghadapi
perubahan-perubahan tersebut.
Sadarilah
bahwa hasil dari pembelajaran adalah adanya perubahan. Inti dari
belajar adalah adanya perubahan. Kita baru benar-benar dikatakan telah
belajar jika telah menghasilkan perubahan dalam diri kita. Seseorang
yang dari hari kehari berada dalam kondisi yang sama saja layaknya orang
yang tidak pernah belajar. Kita seharusnya belajar, dengan perubahan
status yang kita miliki, dari seorang single menjadi berpasangan,
seharusnya melahirkan perubahan bersikap dalam diri kita. Setelah
mengikuti pelatihan, seharusnya ada kinerja yang berubah, dan ada
keterampilan yang bertambah. Setelah tertempa ujian kehidupan,
seharusnya ada kedekatan religi yang meningkat. Dan seterusnya.
Pembelajar sejati menjadikan perubahan ini bersifat positif, permanen
dan berkelanjutan.
Kita
bisa mengevaluasi apakah kita benar-benar telah belajar atau belum dari
mengevaluasi seberapa besar perubahan yang ada dalam diri kita.
Sadari
bahwa proses pembelajaran terbaik adalah sebelum praktik. Terkadang
karena minimnya persiapan kita, proses pembelajaran terjadi ketika kita
sedang berproses. Seperti baru belajar mengenai menyetir mobil padahal
sudah punya mobil, belajar mengenai hak-kewajiban suami-isteri padahal
sudah menikah, belajar mengenai kesehatan anak setelah sang anak lahir,
dan lain sebagainya.
Padahal
tempat terbaik belajar adalah sebelum kita terjun langsung dalam suatu
aktivitas. Maka dari itu, Imam Bukhari membuat sebuah bab khusus dalam
kumpulan haditsnya dengan judul “Keutamaan Ilmu Sebelum Iman dan Amal”.
Tapi masih lumayan “belajar seiring dengan praktik”lah daripada ‘tidak belajar sama sekali”
Terakhir,
sadari bahwa dunia ini hanya tempat belajar, ujian, dan amalan; dan
sesungguhnya akhirat adalah tempat kembali kita. Entah ini nyambung atau
tidak, tapi saya ingin memasukan catatan ini dalam point terakhir saya.
Bahwa sesungguhnya orientasi kehidupan kita sudah seharusnya ditujukan
pada tempat kembali kita kelak.
Segala
pembelajaran, segala pencapaian, dan segala hal yang kita dapatkan
seharusnya memuat nilai yang berorientasi kepada hari akhirat. Karena
kita takkan selamanya berada di dunia ini, dan sesungguhnya segala yang
kan kita dapatkan di sini kan kita tinggalkan.
“Dan sesungguhnya orang yang paling cerdas adalah orang yang mempersiapakan untuk hari akhirnya”.
KESIMPULAN
Setelah
kita memahami definisi belajar beserta urgensi nya dalam pembahasan di
atas, penulis menyimpulkan bahwa belajar merupakan hal yang sangat urgen
untuk di lakukan oleh setiap individu. Hal tersebut karena ketika
rasulullah saw menerima wahyu pertamanya, yang rasulullah dapatkan
adalah perintah untuk membaca, yaitu kata Iqro’.
Hal itu agar dasar utama yang harus terlebih dahulu di kuasai oleh
setiap manusia adalah kemampuan untuk dapat membaca, karena tanpa
membaca manusia tidak akan dapat mengenal sang khaliq dan ciptaan Nya.
Bahkan Allah Swt. telah berjanji akan mengangkat derajat orang-orang
yang berilmu. Dan seseorang tidak dapat di katakana berilmu apabila ia
tidak dapat membaca.
Sebagai contoh, Imam Abu Hamid al-Ghazali di kalangan ulama baik islam maupun non-islam di kenal sebagai seorang reformer sekaligus Hujjatul Islam,
hal tersebut tentunya atas dedikasi, kerja keras dan ketekunannya dalam
membaca, menelaah, mengkaji, berbagai macam kitab. Bahkan sebelum
beliau mengkaji kitab-kitab ulama terdahulu sebelum dirinya, ia terlebih
dahulu belajar menguasai bahasa yang cukup fenomenal dan banyak di
gunakan para pemikir Islam pada saat itu, yaitu bahasa Persia dan bahasa
Arab.
Dari
sini lah mengapa belajar itu memiliki arti yang sangat penting dalam
kehidupan, karena menjadi mulia atau tidak nya seseorang tergantung
kepada ilmu yang ia miliki dan ilmu itu tidak bisa di dapatkan tanpa
belajar dan membaca
0 komentar:
Posting Komentar